Minggu, 31 Oktober 2010

Kings of Leon - Come Around Sundown [review]

Para raja dari keluarga Followill kembali dengan album kelima mereka, sekaligus termasuk salah satu album yang paling ditunggu di tahun 2010 ini.

Tentu masih segar di benak kita saat album keempat mereka 'Only by the Night' mendapat kesuksesan secara komersial. Hits single 'Sex on Fire' mendapat nominasi grammy, serta 'Use Somebody' di-cover oleh bermacam-macam band/penyanyi dan juga berbagai macam versi remix nya (yang tentu saja membuat bosan dan muak)

Bila di album ini anda mengharapkan sound yang sama seperti di album 'Only by the Night', maka bersiaplah untuk kecewa. Di album ini Kings of Leon mencoba melepaskan diri mereka dari bayang-bayang kesuksesan album mereka sebelumnya.

Simak saja single pertama 'Radioactive' dimana Caleb menyanyi 'It's in the water, it's in the story, where you came from'. Rasanya Kings of Leon seperti ingin mengingatkan diri mereka sendiri untuk kembali ke permulaan di mana mereka berasal.

'Mary' lagu dengan lirik yang flirty dan Matthew mencoba riff-riff gitar yang lebih berat dan terasa glam-punk itu. Kemudian 'The Face', sebuah power ballad yang berpotensi menjadi sebuah lagu sing-along.

Sound berbeda yang coba dieksplor adalah sedikit nuansa funk pada lagu 'Pony Up', Jared sendiri rasanya sudah menugasai bass-line funk yang dimainkan dengan sangat baik di lagu ini. Kemudian ada 'Birthday' dimana Caleb mengajak kita untuk bersenang-senang hingga 'falling and laughing at the drinks we spill'.

Walaupun tidak berpotensi untuk melampaui kesuksesan 'Only by the Night' yang terjual 6,5 juta kopi di seluruh dunia, album ini terasa lebih baik dibandingkan 'Only by the Night'. Tidak terlalu banyak lagu ballad cengeng macam 'Revelry' atau 'Manhattan', dan lebih memperkaya isi album ini dengan eksplorasi musik yang mereka lakukan. Paling tidak para raja Followill ini tidak terbuai dengan kesuksesan mereka, dan mencoba membuktikan kepada dunia beginilah Kings of Leon seharusnya.

Kamis, 28 Oktober 2010

Maroon 5 - Hands All Over [review]

Setelah 3 tahun absen, Maroon 5 akhirnya kembali dengan album ketiga mereka yang berjudul 'Hands All Over'. Di album terbaru ini, mereka kembali dengan musik pop-rock dengan balutan nuansa funk dan disco yang melekat sejak album kedua mereka.

Patut dicatat bahwa album ini diproduseri oleh Robert John "Mutt" Lange yang terkenal karena memproduseri band/penyanyi semacam AC/DC, Nickelback, The Corrs, dan Shania Twain.

Di single pertama mereka, 'Misery', Adam Levine menyanyikan lirik tentang penderitaan bersama seorang wanita (walaupun Levine sendiri tidak terdengar menderita saat menyanyikannya).

Dan tentunya kita masih ingat kalau Maroon 5 sangatlah handal dalam membuat lagu pop manis tentang cinta yang menyentuh hati (seperti 'She Will Be Loved' atau 'Nothing Lasts Forever'). Well, di album ini mereka tentu saja memasukkan lagu pop manis seperti itu lagi. Simak saja track 'Just A Feeling' yang liriknya akan mengiris anda yang sedang patah hati.

Salah satu track yang patut disimak lagi adalah 'Out of Goodbyes', sebuah lagu country-pop yang dinyanyikan bersama salah satu rising star of country music yaitu Lady Antebellum.

Walaupun diproduseri oleh produser sekaliber Robert "Mutt" Lange, album ini tetap tidak jauh berbeda dengan kedua album mereka sebelumnya. Paling tidak Maron 5 masih mampu mengeluarkan album pop-rock yang catchy, tidak kacangan, dan ear friendly, dan tentunya album ini pun selamat dari jurang keterpurukan.

Senin, 25 Oktober 2010

Vampire Weekend live in Concert @ Bengkel Night Park, 24th October 2010

Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE

Pada minggu malam tanggal 24 Oktober 2010, sejumlah anak muda terlihat memadati area Bengkel Night Park, SCBD, Jakarta Selatan. Mereka datang khusus untuk menonton band indie rock asal New York, Vampire Weekend, yang akan bermain malam  itu. Di depan area Bengkel Night Park pun para penonton terlihat masih sibuk menukarkan tiket dan beberapa masih terlihat membeli tiket di ticket booth yang disediakan.

Demi mendukung suasana konser, promoter Trilogy Live pun menyediakan minuman Horchata yang khusus disediakan untuk para penonton. Dan kelihatannya para penonton cukup tertarik untuk mencoba minuman asal Meksiko yang juga menjadi judul salah satu lagu hit milik Vampire Weekend tersebut. Bahkan sebelum konser dimulai, minuman seharga 15 ribu yang disediakan promoter tersebut pun habis terjual.

Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE

Pada malam itu, konser yang diselenggarakan oleh Trilogy Live dan Spiritground tersebut dibuka dengan penampilan Monkey to Millionaire pada pukul 20.00. Trio yang digawangi Wisnu (vocal, gitar), Agan (bass) dan Emir (drum) membawakan beberapa lagu  dari album pertama mereka seperti “Fakta dan Citra”, “30 Nanti”, “Merah”, “Strange is the Song in Our Conversation” yang dinyanyikan bersama Marsha dan tentu saja hit single mereka “Replika”. Penampilan Monkey to Millionaire cukup memanaskan suasana di Bengkel Night Park sebelum penampilan Vampire Weekend.

Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE

Setelah Monkey to Millionaire selesai tampil, penonton semakin tak sabar menunggu penampilan Vampire Weekend. Setelah menunggu sekitar 45 menit, akhirnya yang  ditunggu-tunggu pun muncul. Dan tanpa basa-basi, Ezra Koenig, Rostam Batmanglij, Chris Baio, dan Chris Thomson langsung memulai aksi mereka dengan “Holiday” yang dilanjutkan dengan “White Sky”, “Cape Cod Kwassa Kwassa”, dan “I Stand Corrected”.

Kemudian Ezra Koenig pun mulai menyapa penonton. Ezra Koenig sendiri cukup ramah dalam berinteraksi dengan penonton. Dan kemudian mereka pun memulai lagi aksinya dengan “M79”, “Byrn”, “California English”, dan “Cousins” yang membuat penonton semakin marak berdansa. Penonton pun  dibuat terus bedansa saat Vampire Weekend membawakan “A-Punk”. Mereka juga mengajak penonton menyanyi bersama saat menyanyikan “One (Blake’s Got A New Face)”.

Setelah lagu “Giving Up the Gun” dan “Oxford Comma” dibawakan, Vampire Weekend pun pamit sebentar ke belakang panggung. Penonton yang masih belum puas pun terus berteriak ‘We Want More’. Akhirnya Vampire Weekend pun kembali ke atas panggung dan Rostam Batmanglij pun menyapa penonton dengan ucapan ‘Selamat Malam’. Kemudian mereka melanjutkan aksi mereka dengan membawakan encore “Horchata”, “Mansard Roof”, dan “Walcott”. Setelah ketiga lagu tersebut selesai dibawakan, Vampire Weekend pun akhirnya benar-benar pamit dari panggung.

Hampir seluruh lagu hit dari kedua album Vampire Weekend dibawakan malam itu. Vampire Weekend pun tampil sangat energik dan cukup irit dalam berbicara, tapi saat berbicara mereka terdengar cukup ramah. Tampil dengan dandanan cukup santai, mereka mampu tampil all-out dan atraktif. Benar-benar sebuah konser penutup akhir pekan yang indah sebelum kembali ke kesibukan masing-masing keesokan harinya. Dan setelah konser usai, nyanyian ‘In December drinking Horchaaata…’ pun masih terdengar di antara kerumunan penonton yang tersenyum puas.

Jumat, 22 Oktober 2010

MUCC - Karma [review]

MUCC, salah satu band rock Jepang favorit saya kembali mengeluarkan album terbaru di tahun 2010 ini. Bisa dibilang MUCC adalah band yang paling rajin merilis album karena sejak mereka memulai karir mereka, mereka selalu mengeluarkan album setiap tahun.

MUCC juga adalah band yang paling rajin mengeksplorasi genre musik lainnya. Pada album 'Karma' ini, mereka mengeksplorasi musik electronic yang tentu saja di-blend dengan musik khas MUCC itu sendiri.

Dimulai dengan intro 'Chemical Parade' yang benar-benar full electronic, bisa dilihat akan kemana arah musik dari album ini. Kemudian dilanjutkan dengan 'Falling Down', single yang sebelumnya dirilis tapi dalam album ini kemudian ditambah dengan nuansa electronic agar lebih ngeblend dengan album ini. Selanjutnya sampai setengah album ini, seluruh lagunya bernuansa electronica rock.

Salah satu track yang berbeda adalah track nomor 8 yaitu 'Daraku', sebuah track dengan lirik full berbahasa inggris dengan nuansa jazzy yang kental. Walaupun berbeda, bisa dibilang ini adalah salah satu track terbaik di album ini.

Setelah itu track-trak lain yang nuansanya berbeda, setelah track ke7 nuansa albumnya sudah keluar dari electronica-rock tersebut. Walaupun begitu, MUCC tetap mampu menyuguhkan musik yang menarik. Seperti 'Polaris' yang diisi dengan orchestra, string, dan biola. Dan ada juga 'Feather' sebuah lagu ballad yang indah dan menyenangkan untuk didengarkan

Overall, ini adalah sebuah album yang sangat menarik dari MUCC. Di usia band yang mencapai ke-13 tahun, MUCC sepertinya tidak akan pernah berhenti berkreasi dan bereksplorasi sampai di sini saja. Semoga di masa depan, MUCC mampu bereksplorasi dan berkreasi lebih banyak lagi.

Rabu, 20 Oktober 2010

The Playlist, Alternative Rock

Currently, I'm so obsessed with some alternative rock songs. Dari lagu-lagu band jaman 90s, hingga lagu-lagu alternative rock jaman sekarang. Mungkin ini adalah refleksi kejenuhan saya dengan musik-musik mainstream yang bersliweran, baik dari dalam maupun luar negeri. Tidakkah kalian lelah mendengar Justin Bieber dan Lady Gaga? Atau untuk dalam negeri, ST12 atau Wali? Saya jenuh, sejenuh-jenuhnya dengar lagu-lagu yang monoton seperti itu. Well, enough with the babbling. Here is my current alternative playlist:

* Angels & Airwaves - Hallucinations

single dari album ketiga Angels & Airwaves yaitu LOVE yang dirilis tahun 2010. Saya sendiri mendapat album ini secara gratis, and it's legal. Yes they gave it for free! Lagu ini sendiri sangat menyenangkan, bercerita tentang halusinasi dan mimpi. Keep your dreams on, lads!

* Bloc Party - I Still Remember

single terdahsyat dari album kedua mereka, Weekend In the City. Perpaduan lirik yang mengiris hati dan vokal khas Kele, membuat saya galau tingkat tinggi setiap denger ini. "I still remember, how you look that afternoon..."

* Incubus - Wish You Were Here

lagu yang dari album Morning VIew, salah satu lagu pembuat galau paling mantap. Apalagi kalau bukan karena liriknya..

* Incubus - Dig

lagu dari album Light Grenades yang rilis tahun 2006. Well, apa mau dikata lagu ini sangat menyentuh. Terutama saat Brandon Boyd bernyanyi "Dig me up from under what is covering, the better part of me..."

* Klaxons - Echoes

single pertama dari album kedua band asal Inggris ini yaitu, Surfing The Void. Sangat tipikal khas Klaxons sekali, dimana mereka menggabungkan sound-sound rock dengan sedikit electronic dan new wave.

* Kings of Leon - Radioactive

single terbaru dari album terbaru mereka, Come Around Sundown. Dari intronya yang sudah cukup ramai dengan sound gitar, bisa dilihat kalaui lagu ini sangat menyenangkan untuk didengar. Tapi masih kalah sih dari lagu Sex on Fire atau Use Somebody yang sensasional itu.

* MGMT - Flash Delirium

diambil dari album terbaru mereka, Congratulations, MGMT meninggalkan sound synthpop/new-wave yang mereka masukkan pada album kedua mereka Oracular Spectacular. Kini, mereka menggabungkan sound experimental rock dengan sedikit sentuhan psychedelic.

* Mew - Apocalypso

lagu alternative rock dengan tambahan shoegaze dari band asal Denmark ini. Sangat mengasyikkan, membuat kita seperti berada di dunia lain.

* Mew - Introducing Palace Prayers

single pertama dari album No More Stories.. (judul aslinya sangat panjang, jadi mending disingkat) yang dirilis tahun 2009. Dan masih sangat khas Mew, alternative rock dengan shoegazing. Oh yeah, sudahkah saya menyebutkan bahwa Mew akan datang lagi ke Indonesia? Yes, they're coming on 11th December for a concert in Candi Prambanan, Yogyakarta!

* The National - Bloodbuzz Ohio

single andalan album terbaru mereka, High Violet (yang masuk nominasi album terbaik 2010 versi SPIN Magazine). Lagu ini sendiri lebih condong ke arah post-punk, well whatever.. Masih sangat enak untuk dinikmati kok :)

* Manic Street Preachers - Motorcycle Emptiness

hit andalan Manics dari album pertama mereka Generation Terrorists (rilis tahun 1992). Lagu ini sendiri agak slow dan banyak bercerita tentang kehampaan (menurut saya sih..). Alasan lain kenapa saya lagi suka lagu ini adalah karena mengenan Richey Edwards yang hilang sejak tahun 1995 dan dinyatakan meninggal pada tahun 2008. Rest in peace, Richey...

* Manic Street Preachers - (It's Not War) Just the End of Love

lagu terbaru dari album terbaru Manics, Postcards From a Young Man. Saya sendiri sedang sangat suka lagu ini. Selain karena ditambah harmoni orkestra, James Dean Bradfield pun pamer keahliannya dalam memainkan gitar dengan solo gitar yang keren!

* The Strokes - Someday

single dari album debut The Strokes, This Is It (rilis tahun 2001) dan masih menjadi album terbaik The Srokes sampai saat ini. Kita tunggu saja album baru mereka yang (katanya) akan rilis awal 2011.

* Smashing Pumpkins - Song For a Son

lagu dari album terbaru Smashing Pumpkins, Teargarden by Kaleidyscope yang dirilis sejak 2009 dan masih berlanjut sampai sekarang (ya, mereka merilis album ini secara berkala setiap bagiannya). Kental sekali nuansa alternative dari the god of alternative rock, Billy Corgan. Apalagi mereka baru saja tampil di acara Java Rocking Land. Pastinya keren punya deh

* Vampire Weekend - A-Punk

siapa sih yang tidak kenal dengan band ini sekarang? Lagu A-Punk ini sendiri berhasil membius saya dan membujuk saya untuk mencintai band ini.

* Vampire Weekend - Cousins

komposisi paling edan dari album terbaru mereka, Contra. Just sing it loudly, "Me and my cousins, you and your cousins. It's a line that always running."

* Weezer - Pork and Beans

lagu yang kocak dari album Weezer: The Red Album (2008). Isinya tentang menyindir lagu-lagu mainstream. Rivers Cuomo sendiri mendapat inspirasinya setelah didesak pihak eksekutif labelnya saat itu untuk menciptakan lagu yang lebih mainstream, dan lahirlah lagu ini (yang justru menyindir haha). Videonya juga cukup menarik disimak, dimana video klipnya menampilkan para 'bintang-bintang' YouTube.

* Weezer - Memories

ini dia single teranyar Weezer dari album terbaru mereka, Hurley. Single yang cukup menyenangkan terutama dengan sound synthesizer di lagu ini yang membuat lagu ini juga dapat disukai anak-anak muda sekarang yang sukanya band-band pop-punk/power-pop yang bermain synthesizer

Yes, that's the playlist for now! Lain kali tambah lagi dan semoga playlist ini bermanfaat buat referensi musik anda sekalian :p Jangan dengerin musik pop mulu makanya...

Selasa, 19 Oktober 2010

Brandon Flowers - Flamingo (review)

Setelah The Killers memutuskan untuk vakum sementara, sang vokalis Brandon Flowers memutuskan untuk berjalan sendiri dulu dan mengeluarkan album solo. Dan ini dia album solo Brandon Flowers berjudul 'Flamingo' yang resmi dirilis bulan September yang lalu. Menurut Brandon, judul album ini diambil dari salah satu jalan di Las Vegas, tempat Brandon berasal.

Bagi penggemar The Killers, album ini akan terasa sangat familiar. Ya, Brandon masih memasukkan unsur-unsur musik The Killers dari album-album The Killers seperti country dan new wave. Single pertama album ini, 'Crossfire' cukup menarik untuk disimak, walaupun memang lagunya tidak begitu catchy (well, semuanya tidak catchy memang).

Sorry to say, it's not a really impressive album. Walaupun memang tidak jelek sih, tapi rasanya terlalu standar. Saya sendiri lebih senang mendengarkan lagu-lagu The Killers yang bisa lebih diajak sing-along daripada lagu-lagu di album ini.

Setelah ini sepertinya Brandon akan kembali bekerja bersama teman-teman bandnya untuk membuat album keempat The Killers, yah kita lihat saja lanjutannya.

Rabu, 13 Oktober 2010

The 2010 Hot List by Rolling Stone

Yes, ini dia Hot List tahun 2010 dari majalah musik tercinta yaitu Rolling Stone Magazine. Di issue terbaru Rolling Stone, kita bisa melihat who and what is hot in 2010. Here it is the Hot List of 2010 by Rolling Stone Magazine:

Hot Movie: The Social Network

The Social Network, written by Aaron Sorkin and directed by David Fincher, tells the tale of Facebook founder and CEO Mark Zuckerberg’s ruthless battle to keep control of the billion-dollar business he started in his Harvard dorm. Based in part on depositions in lawsuits filed against Zuckerberg and Facebook, the film draws much of its dark humor from a central irony: The awkward guy who changed our definition of “friend” never seemed to grasp the word’s original meaning.

 

Hot Superfreak: Nicki Minaj

Nicki Minaj blew away Kanye West, Rick Ross and Jay-Z on Kanye's "Monster" this fall with her breathlessly careening, 32-bar verse about brain-eating and moneymaking. Her schizoid gifts (on display on her debut LP, Pink Friday, out this month) propelled the Queens native, 25, to the top of the hip-hop heap. After making her mixtape bow, she came under Lil Wayne's warped tutelage and uncorked her inner drama brat (she studied theater in high school), feigning accents, switching personae, upping the thrills. "I don't want to symbolize sex. I don't want to be sexy to boys. But if it's sexy to the girls, it's cute," she says.

 

Hot Model: Freja

Danish model Freja Beha Erichsen has been the face of Gucci and Chanel, and has graced the covers of British, French and Italian Vogue. But what she really wants to be is Jimmy Page. “I always wanted to be a rock star,” says the five-foot-ten Freja (pronounced FRY-ya). “My mom could have killed me — I would amp up the music and scream as loud as I could.” The willowy 22-year-old’s tastes lean toward the indie-centric: Cat Power, Jeff Buckley, Cold War Kids, “everything Jack White has ever done.” Lately she’s been listening to a lot of Robert Johnson and Muddy Waters, teaching herself to play the blues or jamming in her living room, where she keeps five guitars. “I live on Wall Street, so you can imagine my neighbors don’t really dig it. But I don’t like all the business guys in suits.”

 

Hot Band: Mumford and Sons

his foursome of twentysomething Brits got together five years ago at a London-pub country night, bonding over a bluegrass version of Gnarls ­Barkley's "Crazy."  They initially formed to record frontman Marcus Mumford's songs but quickly morphed into something more demo­cratic. "We're like brothers," says keyboardist Ben Lovett, "and we try to run the band that way." 

The band's debut  album, Sigh No More, full of foot-stomping tunes and Steinbeckian lyrics that wrestle with faith, broke Billboard's Top 20, and they played their Hot 100-cracking single, ­"Little Lion Man," on Letterman. Get a taste of their life on the road in this artsy, intimate documentary on the band: Part One and Part Two

 

Hot Breakthrough: Die Antwoord

Ninja and Yo-landi Visser — the surreal South African hip-hop duo Die Antwoord, who play high-energy party rap in a style they call "zef" — emerged online earlier this year with a pair of creepy, cartoonish music videos ("Zef Side," "Enter the Ninja") that soon amassed millions of views on YouTube.

Die Antwoord were soon playing Coachella, getting signed to Interscope and opening for M.I.A. — and director David Fincher tried to recruit Yo-landi to play the lead in The Girl with the Dragon Tattoo. They release their debut album, S.O.S., this month

 

Hot Broadway Hero: Reeve Carney

The star of the biggest musical production of all time — Bono and the Edge's $50 million-plus spectacle Spider-Man: Turn Off the Dark, opening in previews November 14th — isn't exactly a Broadway vet. Born to hippie parents and raised in New York's West Village, Reeve Carney, 27, was discovered by Spider-Man director Julie Taymor when she caught a club gig by the singer's psych-rock band, also named Carney. "He has incredible natural charisma and a powerful rock voice," Taymor says. "And he feels like a high school student — he's got that youth in him." Carney's psyched for the role: "My whole life has been focused on music. Somehow it's led to this."

 

Hot DJ: Deadmau5

Since putting on an enormous, air-conditioned mouse head in 2007, 29-year-old electronic musician Joel Zimmerman has blissed out tens of thousands of ­MDMA-powered party people and turned into dance music's crossover star of the moment, collaborating with Travie McCoy, Jason Derulo and Robyn at the VMAs last month and appearing as himself in DJ Hero 2. "With Lady Gaga and David Guetta, dance music is definitely having its mainstream moment," he says.

 

Hot Sequel: Jackass 3D

Avatar this isn't. "It's pretty much the exact opposite," says Bam Margera of Jackass 3D, out October 15th. "Instead of CGI, you're gonna see things like Wienercam, which is my dick peeing on people's faces in 3-D." America's favorite jackasses had a rough couple of years off-screen, including Johnny Knoxville and friends getting Steve-O, who had struggled with drug abuse for years, involuntarily committed after he sent some suicide-sounding e-mails in 2008 (Steve-O is now sober). But they're back and celebrating their 10th anniversary in the style their legions of fans have come to expect "In a weird way, there's something noble about making sacrifices and being self-deprecating for other people's amusement," says Steve-O. "We're just trying to make the world a sillier place."

 

Hot Actress: Rooney Mara

"I would have to be insane to have not wanted the role," says Rooney Mara, 25, who beat out far bigger names to play tortured Lisbeth Salander in The Girl With the Dragon Tattoo. "Salander is one of the most complex, enigmatic female characters I have ever read." Mara hasn't had time to ponder how her life might change: "An hour after I was hired, I was in motorcycle training. Five days later, I was in Sweden." Her small, indelible role in Dragon director David Fincher's The Social Network led directly to the new part. "People go, 'Lisbeth has to kick ass,' " says Fincher, "but my idea is that she's smart and just different."

 

Hot Actor: Andrew Garfield

Andrew Garfield, the next big-screen Spider-Man, grew up in Surrey, England, with his own secret identity, or at least a conflicted one. His dad was American, his mom British; he wasn't sure what he was. "We all feel like outsiders sometimes," says Garfield. "I definitely have felt that way all my life." But probably not at the moment: In addition to the Spidey casting, announced in July, the 27-year-old's role in The Social Network , as Facebook founder Mark Zuckerberg's discarded business partner Eduardo Saverin, is his highest-profile performance yet. The chameleonic actor also starred as a doomed teen in September's pastoral sci-fi film Never Let Me Go . "I've got a lot to be happy about, and part of me doesn't feel like I deserve it," he admits. "So part of me wants to sabotage it."

 

Hot Kid Sister: Elle Fanning

In December, Elle Fanning — who debuted in I Am SamSomewhere. The film stars Stephen Dorff as a burned-out actor and Elle, 12, as his daughter/ticket to redemption, whom the actress plays with quiet melancholy. "Elle's mature but still kidlike," says Coppola. Elle and Dakota are close — they still share a bathroom. "It's awful," Elle says, jokingly. "I cleaned crusty toothpaste out of the sink this morning."

 

Hot Comedian: Reggie Watts

"At some point, I want people to feel confused," says Reggie Watts, 38, splayed across his Manhattan hotel bed. A biracial Montanan with bright-pink fingernails and a giant Afro, he played in rock and jazz bands before getting into comedy. Last spring, Conan O'Brien picked him to open his national tour, and in a few days he's shooting a Comedy Central pilot for a "trippy variety show." A typical set of his includes improvised electronic-music loops, squirrel impressions and a 15-minute autobiographical doo-wop freestyle. The closest he comes to a joke? "A panther walks into a gazebo. Man doesn't have enough time to say anything, because he's killed instantly."

 

Hot Tastemaker: Olivier Zahm

Olivier Zahm, the 47-year-old Parisian libertine who edits the avant-garde fashion and art bible Purple Fashion Magazine,  has a very specific demographic he's trying to reach: "When a young teenager reads Purple somewhere in Japan or in Australia, my dream is that they will follow a new path," he says. "An alternative life, an unconventional life."

A former art critic and philosophy student, Zahm is probably best known for his Warholian photo blog, Purple Diary, which consists of black-and-white snapshots of Zahm and his gorgeous, famous friends behaving badly. "With the blog, I try to push the limit of privacy, what's private and what's public," he says.

 

Comedy's (Sexy) Next Generation

Aubrey Plaza plays brooding teen maladjust April on Parks & Recreation — she's like a more babe-ly Daria, and her eye roll is a deadly weapon.

Community jock and ex-30 Rock writer Donald Glover is also a (good!) rapper, Childish Gambino.

• Ravishing and razor-tongued Party Down and Mean Girls vet Lizzy Caplan has been picked by Will Ferrell and Adam McKay for their new HBO series.

Zach Cregger broke out with IFC comedy troupe the Whitest Kids U'Know — and was cast in the new NBC sitcom Friends with Benefits

 

reference: www.rollingstone.com

.

Senin, 04 Oktober 2010

Endah N Rhesa - Look What We've Found [review]

Pasangan suami-istri musisi, Endah N Rhesa, kembali dengan album terbaru mereka pada tahun 2010 ini. Tahun lalu, album debut mereka 'Nowhere To Go' sukses merebut hati masyarakat dan penjualannya sukses di pasaran di saat penjualan album fisik sedang melemah.

Di album terbaru berjudul 'Look What We've Found' ini, mereka kembali dengan lagu-lagu akustik dengan irama folk, blues, dan jazz. Tetapi, seperti cover album ini yang melambangkan topeng suku Afrika, mereka menambah beat berbau Afrika di dalamnya. Sesuai judul album mereka 'Look What We've Found', sepertinya mereka ingin menunjukkan kepada kita pendengarnya apa yang mereka temukan selama masa pembuatan album ini.

Dan sepertinya Endah N Rhesa tak pernah kehabisan tema untuk lirik-lirik dalam lagu mereka. Seperti pada lagu 'Monkey Song' yang bercerita tentang seekor monyet yang menginginkan sebuah pisang. Kemudian 'Kou Kou The Fisherman' yang bercerita tentang Kou Kou sang Nelayan. Atau lagu 'Tuimbe (Let's Sing)' yang mengajak kita bersenang-senang sambil bernyanyi dan berdansa.

Dan sebagai pengganti lagu 'When You Love Someone', di album ini ada lagu 'Wish You Were Here', di mana Endah menyanyikan lagu tentang kerinduan akan seseorang. Saya sendiri yakin kalau lagu ini bisa diterima dengan baik oleh masyarakat seperti lagu 'When You Love Someone' yang digemari semua orang itu.

Sekali lagi, Endah N Rhesa berhasil membuktikan diri mereka sebagai pasangan paling serasi, baik dalam kehidupan rumah tangga maupun bermusik. Mereka kembali berhasil memberikan lagu-lagu yang menyenangkan untuk disimak dan bisa membuat kita rileks. Walaupun masih bernuansa sama seperti album pertama, mereka sukses membuat album ini tidak membosankan. Semoga mereka bisa meneruskannya dalam album-album mereka berikutnya.

Jumat, 01 Oktober 2010

Stone Sour - Audio Secrecy [review]

Sejak masa depan Slipknot berada dalam ketidakjelasan setelah kematian bassis mereka, Paul Gray, Corey Taylor dan Jim Root kembali ke band kedua mereka yaitu Stone Sour ini.

Bisa dibilang Stone Sour adalah sisi terang dari Corey Taylor dan Jim Root dalam bermusik. Bila dalam Slipknot mereka berdua dan anggota lainnya suskes membuat musik metal yang 'berisik', di Stone Sour mereka menunjukkan sisi yang lebih kalem dalam bermusik. Saya sendiri menganngap Stone Sour sebagai Slipknot tanpa suara-suara berisik dan ramai dan lebih mudah dicerna musiknya.

Banyak orang yang cukup pesimis karena perubahan musik drastis yang dilakukan Corey Taylor dan Jim Root dari Slipknot ke Stone Sour. Tapi begitu mendengarkan album Audio Secrecy ini, kejeniusan Corey Taylor dan Jim Root ditunjukkan di sini.

Di album Audio Secrecy ini, Stone Sour mampu meracik album yang terdiri dari heavy alternative metal dan power ballad dengan formula yang pas.

Setelah track introduction, album dibuka dengan 2 track yang cukup ganas. 'Mission Statement' dan 'Digital' cukup membakar adrenalin ketika mendengarkan album ini pertama kali. Kombinasi duo gitaris Jim Root dan Josh Rand dengan rif-riff gitar yang berat dan solo gitar yang indah dari Root membuat dua kagu tersebut sangat menarik untuk disimak. Kemudian ada single pertama dari album ini yaitu 'Say You'll Haunt Me', lagu cinta (or so I think) yang dinyanyikan dengan sangat gahar oleh Corey Taylor, drummer Roy Mayorga juga menambah energi tersendiri dengan pukulan drumnya yang solid di lagu ini.

Beberapa track power ballad yang membuat album ini terasa lebih 'manis' juga menarik untuk disimak. 'Dying' dan 'Hesitate' benar-benar menunjukkan sisi lain Corey Taylor ketika menyanyikan dua lagu cinta tersebut dengan sangat menghayati.

Secara keseluruhan dapat dilihat kalau album ini memang ditujukan untuk pasar mainstream. Tetapi album ini juga bukan album kacangan yang pantas diremehkan begitu saja. Kreativitas bermusik Taylor dan Root ditunjukkan di sini. Bagaimana mereka mampu lepas dari bayang-bayang Slipknot dan menciptakan musik yang lebih ringan namun tetap bernafaskan metal di dalamnya.

Overall, this album is very recommended. Cukup menarik mendengarkan bagaimana Corey Taylor bernyanyi di luar Slipknot dengan tenaga yang sama ketika ia bernyanyi untuk Slipknot. Semoga saja kesuksesan Stone Sour tidak membuat Taylor dan Root lantas melupakan SLipknot.