Kamis, 26 Mei 2011

Ben Folds Live & Up-Close at Nusa Indah Theatre, Balai Kartini; Konser intim nan sederhana penuh tawa

20110408-044845-663373

prmotional poster cortesy of Ismaya Live

306960155

Sehari setelah konser live & up-close bersama The Drums, pada hari Kamis tanggal 26 Mei giliran Ben Folds yang menggelar konser intim dan sederhana di Nusa Indah Theatre, Balai Kartini. Sama seperti The Drums sehari sebelumnya, konser Ben Folds ini juga diadakan oleh Ismaya Live sebagai promotornya.

Ben Folds naik ke atas panggung tepat pukul jam 9 malam. Ben yang tampil santai dengan kemeja pun langsung menghampiri grand piano yang ada di atas panggung. Grand piano itulah satu-satunya teman Ben di atas panggung, untuk show di Jakarta ini Ben tampil sendirian tanpa band pengiringnya. Set panggung yang sederhana, tanpa barikade pun membuat suasana semakin intim.

Tanpa basa-basi, Ben langsung memainkan 'Effington' yang disusul dengan 'Annie Waits' dan 'Sentimental Guy'. Setelah memainkan lagu ketiga, Ben langsung menyapa penonton sambil mengeluarkan candaan yang mengundang tawa penonton. Setelah memuji asap yang keluar dari panggung, Ben memainkan 'Smoke' karena diingatkan oleh penonton.

Tepuk tangan meriah selalu hadir setiap Ben selesai memainkan satu lagu. Tak lupa Ben membalasnya dengan joke-joke khas miliknya, sambil bercerita inspirasi dari beberapa lagu yang dia mainkan malam itu seperti 'All U Can Eat'. Ben pun tidak lupa memainkan lagu-lagu yang direquest oleh para penonton hingga Ben kebingungan untuk memilih lagu apa yang akan dimainkan.

Walaupun Ben tampil sebagai one-man band dengan piano nya, konser tidak terasa sepi malah semakin ramai karena Ben dengan piawai memainkan piano nya bahkan melakukan atraksi memainkan mic seolah-olah mic tersebut adalah instrumen musik. Ben pun sempat pamer kebolehannya memainkan drum setelah memainkan lagu 'Steven's Last Night In Town' saat seorang kru tiba-tiba membawa masuk floor drum hingga satu demi satu set drum mulai dari snare, hi-hat, bass drum, dan cymbals keluar ke atas panggung.

Penonton pun dijadikan sebagai pengiring oleh Ben, terutama saat lagu 'You Don't Know Me' di mana penonton mengisi bagian-bagian yang di lagu aslinya dinyanyikan oleh Regina Spektor. Ben juga membuat koor massal dari penonton dengan nada berbeda dengan Ben sebagai komandonya. Koor pun terus mengiringi sambil Ben memainkan piano nya.

Selama 2 jam penuh, Ben Folds menyuguhkan atraksi panggung yang menyenangkan walaupun hanya ditemani grand piano. Dan penonton pun tak lupa memberi standing ovation kepada Ben setelah ia menyelesaikan semua set plus encore nya.

Beberapa orang menyayangkan bahwa Ben tidak memainkan lagu favorit mereka yaitu 'Brick' (yang sebenarnya ada di dalam setlist Ben). Tapi dengan pertunjukan yang menyenangkan seperti ini, mungkin tidaklah begitu masalah. Dan di twitter nya, Ben Folds tak lupa untuk mengucapkan 'terima kasih' dan berkata bahwa suatu hari ia ingin kembali lagi dan memainkan lagu yang ia lewatkan. See you again someday, Ben!

The Drums - Live & Up-Close at Blowfish; Benar-benar Up-close!

The_drums_eventposter_02

Promotional poster courtesy of: Ismaya Live

Akhirnya band indie-pop/post-punk asal Brooklyn, New York, ini datang ke ibukota tercinta untuk melakukan konser di sini setelah sebelumnya mereka sempat mampir di Australia, Singapura, dan Jepang.

Promotor konser ini tak lain dan tak bukan adalah Ismaya Live, yang sudah terkenal di kalangan cutting-edge ibukota karena selalu mendatangkan band-band indie berkualitas ke Jakarta ini.

Untuk konser The Drums ini, Ismaya Live membuat konsep yang berbeda. Konsep yang diusung adalah Live and Up-close. Di benak saya, walaupun judulnya up-close, tetap akan ada jarak antara panggung dan penonton. Tapi, Ismaya Live sukses meruntuhkan ekspektasi saya. Set panggung benar-benar up-clos, tanpa ada barikade (hanya ada beberapa security di depan panggung) dan panggung yang tidak terlalu tinggi benar-benar membuat konser The Drums ini sangat up-close!

Dan sesuai janji Ismaya Live juga, The Drums langsung muncul dan menggebrak Blowfish tepat pukul 9 malam.The Drums muncul dengan live line-up terbaru mereka: Connor Hanwick sang drummer beralih menjadi gitaris, Jacob Graham sang gitaris memainkan keyboard dan synthesizer, ditambah dua personel tambahan yaitu Chris Stein pada drum dan Myles Matheny (anggota Violens) pada bass, dan tentu saja Jonny Pierce tetap pada vokal.

The Drums langsung menggebrak dengan lagu 'What You Were', yang kemudian dilanjutkan 'Me and the Moon' dan 'Best Friend' yang langsung mengundang koor massal dari penonton. Setelah itu Jonny Pierce menyempatkan diri untuk berbicara dan berterimakasih atas kedatangan para penonton.

Performance The Drums malam itu benar-benar di luar ekspektasi saya. Jonny Pierce tetap liar dan berdansa kesana kemari seperti yang ia lakukan di video klip mereka. Connor Hanwick mampu mengambil alih tugas Jacob Graham sebagai gitaris dengan baik sedangkan Jacob memberi komando dengan keyboard dan synthesizer nya. Sedangkan kedua personel additional, Chris Stein dan Myles Matheny, performance mereka sangat memuaskan. Pukulan drum Chris sangat tegas sedangkan permainan bass Myles sangat groovy dan menyenangkan.

Sebuah konser yang menyenangkan dan memuaskan, baik secara konsep dan performance The Drums itu sendiri. Kapan lagi anda bisa menyaksikan band favorit dengan jarak hanay satu meter dan para fangirls bisa menarik baju sang vokalis? Semoga saja Ismaya Live, sebagai promotor, mau membuat konser dengan konsep serba intim seperti ini lagi.

Selasa, 24 Mei 2011

Source Code [review]

Source-code-movie-poster-1

Entah sudah berapa bulan saya tidak menonton film di bioskop dikarenakan film-film yang saya nanti tidak dapat masuk ke bioskop-bioskop terdekat. Sampai suatu hari saya melihat film 'Source Code' ini dalam list coming soon di bioskop terdekat. Menampilkan Jake Gylenhaal sebagai pemeran utamanya, saya langsung tertarik. Film ini sendiri termasuk terlambat masuk ke layar bioskop lokal, karena sejatinya film ini dirilis pada bulan April lalu.

Colter Stevens (Jake Gylenhaal), seorang pilot helikopter tentara Amerika Serikat yang berugas di Afghanistan, mendapati dirinya terbangun di sebuah kereta menuju Chicago dan seorang wanita bernama Christina Warren (Michelle Monaghan) memanggilnya Sean. Dalam kondisi kebingungan, Stevens  berusaha mencari tahu apa yang terjadi dengannya hingga tiba-tiba kereta tersebut meledak dan menewaskan seluruh penumpangnya.

Dan kemudian Stevens pun terbangun dalam sebuah ruangan dimana ia dihubungi oleh kapten angkatan udara bernama Colleen Goodwin (Vera Farmiga) yang mengatakan bahwa misinya adalah untuk menemukan pelaku pengeboman di kereta tersebut sebelum pelaku meledakkan bom kedua di kota Chicago. Stevens melakukan misinya dalam program bernama Source Code, berupa kunjungan ke masa lalu dalam bentuk dunia alternatif. Masa lalu di dunia itu tidak bisa dirubah tapi bisa digunakan untuk menyelamatkan masa depan di dunia sebenarnya. Stevens pun akan berulang-ulang kembali ke kereta yang sama hingga mampu menemukan bom dan pelakunya.

 

Saya sangat terkesan dengan film ini. menggabungkan elemen thriller, sci-fi, dan sedikit misteri di dalamnya membuat saya agak tegang dan berpikir selama menonton film ini. Walaupun Stevens harus bolak-balik ke kereta yang sama dan bertemu dengan orang yang sama, cerita tidak terasa membosankan karena dengan pintarnya sutradara Duncan Jones membuat setiap aksi di dalam kereta menjadi berbeda-beda sekaligus menabak-nebak siapakah pelaku pengeboman tersebut. Scoring di film ini pun sukses menggambarkan nuansa yang cukup thrilling. Setelah menonton film ini, saya bisa memahami kenapa situs Rotten Tomatoes memberi nilai 91% untuk film ini.

Keseluruhan film ini sangat memuaskan. Bila anda butuh film berkualitas sekarang ini, tontonlah Source Code, yang menyajikan cerita yang cukup berbeda (bila dibandingkan dengan film yang ada di bioskop terdekat sekarang ini tentunya)