Minggu, 27 Mei 2012

The Temper Trap - The Temper Trap [review]

The-temper-trap-new-album-summer-2012

Bagi band/artist baru, album kedua adalah suatu ujian berat yang harus mereka lewati. Terlebih bila album pertama mencapai kesuksesan yang melebihi ekspektasi. Jatuhlah ekspektasi bahwa album kedua wajib hukumnya untuk lebih dahsyat dari album pertama, atau minimal menyamai pencapaian album pertama

Kurang lebih inilah ekspektasi pribadi dan mungkin pendengar The Temper Trap lainnya. Setelah album 'Conditions' yang sukses secara komersial dan pujian, tentu semua orang berharap bahwa album kedua mereka yang self-titled ini akan lebih megah dan lebih dahsyat lagi.

Tentu semua orang tidak bisa menyangkal kesuksesan dan megahnya sebuah single berjudul 'Sweet Disposition' dari album sebelumnya. Apakah dengan begitu album kedua ini akan penuh lagu bernuansa seperti 'Sweet Disposition' lagi? Well, harapan anda keliru dan kalau anda berharap banyak kepada album ini, bersiaplah untuk cukup dibuat kecewa.

"Well, they’ve talked a lot about their love of pasting ’80s-style synths over everything in the build-up to ‘The Temper Trap’" begitulah kutipan dari NME dan memang begitulah musik yang tertuang di album ini. Segala macam synth khas 80an yang terkadang terasa 'new wave-esque' tersebar di lagu-lagu di album ini.

Single pertama 'Need Your Love' memang terasa megah dengan sound synth yang berpadu dengan sound gitar minimalis dari Lorenzo Silitto, sementara vokal falsetto Dougy Mandagi menggema dengan kencangnya.

Setelah 'Need Your Love' (yang bisa dibilang satu-satunya lagu terbaik di album ini), tempo album pun menurun hingga titik jenuh pun bisa dicapai sebelum album ini sepenuhnya selesai.

'Trembling Hands' mungkin memiliki intro yang megah, tapi sayang lagu ini berakhir anti-klimaks.

Selebihnya, lagu-lagu lain terlalu mengandalkan synth yang sebenarnya tidak terlalu esensial dan terlalu berlebihan pemakaiannya, seperti di lagu 'Never Again', 'I'm Gonna Wait' atau 'Miracle'.

Lagu 'Rabbit Hole' sebenarnya cukup memuaskan dengan kembali mengandalkan permainan distorsi gitar di dalamnya, tapi sayangnya tidak cukup untuk menyelamatkan album ini.

Overall, album ini jatuh dalam kategori biasa saja, cenderung membosankan malah. Untuk penilaian, sesuai apa kata NME, cukup dengan nilai 5/10. Atau, in my personal opinion, cukup dengan nilai 2/5. Sangat disayangkan memang, di saat band lain justru meneguhkan identitas mereka di album kedua, The Temper Trap justru bagai kehilangan visi dan identitasnya. At least mereka cukup bertanggung jawab dengan tidak menjadi band one-hit wonder dan menghilang setelah album pertama.

Sabtu, 12 Mei 2012

L'Arc~en~Ciel live in Jakarta; Sebuah momen surealis nan nyata

B4fdc32e942511e19dc71231380fe523_7
Ada masanya di mana menonton sebuah konser bukan hanya demi kesenangan semata, tapi demi kebutuhan spiritual; memuaskan jiwa-jiwa yang ingin menonton band pujaan setelah menunggu dalam waktu cukup lama.

Momen konser demi kebutuhan spiritual adalah momen yang langka. Tapi bagi saya dan ribuan orang lainnya, momen ini akhirnya terealisasikan di hari Rabu, tanggal 2 Mei 2012, malam kemarin. Ya, L’Arc~en~Ciel akhirnya, untuk pertama kalinya, menghentak Jakarta setelah sekian tahun melewatkan Jakarta dari agenda tur dunia mereka.

Saya pribadi sudah menggemari band ini sejak tahun 2004. Kalau tidak ada band ini, entah bagaimana jadinya hidup saya sekarang ini (terkesan berlebihan namun serius). Dibandingkan saya, yang lain jelas sudah menunggu lebih lama, ada yang sudah menanti 10-12 tahun lamamnya. Tapi entah itu fans baru atau fans lama, semua Cielers (sebutan fans L’Arc) adalah sama. Tidak peduli ngefans berapa lama atau perbedaan kelas menontonnya, perasaan kami semua ke band ini adalah sama.

Dalam sejarah pengalaman saya pergi ke berbagai konser, bisa dibilang ini adalah konser paling ‘gila’. Karena saya bela-belain terbang selama 6 jam dari Melbourne ke Jakarta demi konser ini, bahkan saya sempat menyambangi hotel di mana mereka menginap dan mengadakan konferensi pers sehari sebelum konser. Sebuah momen surealis pertama adalah ketika melihat mereka dalam jarak sekitar 2 meter di hotel setelah mereka mengadakan konferensi pers. Saya dan Atri (@chroniclea3) yang memang sudah menunggu mereka benar-benar speechless ketika mereka lewat di depan mata.

Larc-en-ciel-live-in-jakarta-irockumentary-music-photography-5

Di saat hari H konser, semua euphoria menumpuk jadi satu. Saya bahkan sudah berangkat dari sebelum jam 12 siang, walaupun tidak langsung menuju venue. Ketika sampai di venue di sekitar jam 3 sore, lautan manusia sudah memenuhi area depan gerbang padahal gerbang pertama baru dibuka jam 4 sore. Setelah melewati gerbang pertama, masih ada antrian lagi untuk menembus gerbang kedua yang dibuka jam 6.30 malam. Memasuki area konser, saya bagaikan anak kecil yang baru pertama kali masuk taman bermain, senangnya bukan main, apalagi karena posisi saya termasuk pas di depan panggung. Masuk area bukan berarti konser langsung mulai. Setelah masuk, kami masih harus menunggu selama satu setengah jam lagi sebelum konser benar-benar dimulai.

Tapi apalah arti semua mengantri berjam-jam itu ketika hyde, tetsuya, ken, dan yukihiro memasuki panggung. Ketika mereka muncul di panggung rasanya tidak bisa digambarkan dengan kata-kata, bahkan Ines (@inestjokro) katanya sudah mengeluarkan air mata di lagu pertama, ‘Ibara no Namida.’

Total ada 19 lagu yang mereka bawakan (full setlist di sini: http://www.setlist.fm/setlist/larcenciel/2012/lapangan-d-senayan-jakarta-indonesia-4bde4312.html )

Larc-en-ciel-live-in-jakarta-irockumentary-music-photography-1

Saya sendiri mengalami guncangan emosi yang parah di lagu ‘Hitomi no Jyuunin’ dan pastinya ‘Anata’ di mana momennya sangat pas, ditemani rintikan hujan. Teman yang lain, Aris (@arisrmd) , menangis di lagu ‘Driver’s High’, sedangkan @inestjokro dan Helda (@frauassenava) sudah menangis lebih banyak.

Terlepas dari sisi emosionalnya, konser ini adalah konser terbaik yang pernah saya datangi. Lighting dan visualnya benar-benar kelas dunia. Untuk sound, walaupun agak tidak memuaskan di lagu-lagu awal, tapi setelah memasuki pertengahan set sound sangatlah menyenangkan dan tidak terlalu menyakiti telinga. Katanya soundman yang bertugas memang sengaja tidak memaksakan sound sehingga tidak menyiksa telinga dan membuat sound yang senyaman mungkin. Dari segi performance sudah tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Sungguh sangat terhibur terutama ketika hyde, ken, dan tetsuya berbicara dengan bahasa Indonesia. Benar-benar momen yang surealis.

Larc-en-ciel-live-in-jakarta-irockumentary-music-photography-3

Secara keseluruhan, konser ini adalah konser terbaik yang pernah saya datangi. Dari segi tata panggung, visual, dan sound sangatlah memuaskan.

Performance? Jangan ditana. Baru kali ini ada band yang tidak jaga image dengan sok kalem, justru kebalikannya. Sangat terlihat kalau L'Arc~en~Ciel berusaha sebaik mungkin untuk 'melayani' fansnya yang sudah menunggu cukup lama, penggunaan bahasa Indonesia ketika berkomunikasi adalah salah satu contoh di mana mereka benar-benar berusaha untuk menjadi bagian dari euphoria konser ini.

Laruku_mantap

Terima kasih untuk L'Arc~en~Ciel, atas malam yang tak terlupakan. Kalimat "Mencintai L'Arc~en~Ciel adalah pilihan yang nggak akan pernah gue sesali seumur hidup" dari nona Helda mungkin sangat pas untuk menggambarkan perasaan semua yang hadir setelah konser itu. Sekali lagi terima kasih Hyde, Tetsuya, Ken, dan Yukihiro. Sampai jumpa lagi di Jakarta.