Rabu, 25 Januari 2012

Enter Shikari - A Flash Flood of Colour [review]

Entershikariaflashfloodofcolour
I don't really like Enter Shikari's previous two albums. Walaupun mereka terbukti sebagai salah satu band yang sukses mengawinkan musik hardcore dengan elektronik (yang kini dipopulerkan oleh Skrillex dengan nama 'dubstep'), dua album pertama mereka bagi saya tidak terlalu memuaskan.

Then came this third album from the St.Albans quartet.

Pertama kali mendengarkannya, album ini terasa lebih penuh kemarahan tapi di saat yang sama terdengar lebih cantik di telinga.

Keunggulan album ini yang pertama adalah di sound dubstep, electronic, atau apapun sebutannya yang mampu berbagi porsi dengan tepat dengan riff gitar yang rough dan sangat berpotensi untuk headbanging seperti yang dicontohkan di single pertama album ini 'Sssnakepit'.

Kedua, kemuakan Rou Reynolds kepada kondisi dunia ini tersalurkan dengan baik lewat lirik politis yang sangat lugas. 'Arguing With Thermometers' mengambil tema global-warming dan kebergantungan dunia kepada minyak, di'Stalemate' Rou mengarahkan kemarahannya pada negara-negara yang pergi berperang ("Today's wars make trillionaires out of billionaires. Tommorow's wars will fuel generations of hate"), dan dilanjutkan kepada sebuah monolog epik berdurasi 4 menit 26 detik di 'Gandhi Mate, Gandhi' tentang kemuakan mereka tentang sistem politik dan ekonomi di dunia ini.

Album ini brutal dan penuh warna and also very catchy. Kurang lebih album ini adalah pembuktian Enter Shikari bahwa mereka pantas menjadi salah satu Best British Band masa kini. Dan jangan bandingkan musik mereka dengan mimpi buruk yang dihasilkan Korn di album 'Path of Totality', 'A Flash Flood of Colour' berada beberapa level di atas album Korn tersebut.

Minggu, 15 Januari 2012

Swim Into the Depths of Frank Ocean's Mind

Frank-ocean-04282011
Frank Ocean adalah sebuah anomali. Di saat rekan-rekannya di dalam grup hip-hop kolektif Odd Future Wolf Gang Kill Them All sibuk bereksperimen dengan beat-beat alternative hip-hop dan menyalurkan emosi dan ide gila Tyler, The Creator, Frank justru mengambil arah yang berbeda.

Frank mengambil aliran contemporary R&B dan soul sebagai haluannya dalam bermusik. Tidak heran kalau dia sering tidak dianggap sebagai anggota OFWGKTA.

 

Nostalgiaultra
Album pertama Frank berupa sebuah mixtape: 'Nostalgia, Ultra'. Mixtape ini diisi oleh beberapa lagu menggunakan sampling beberapa band ternama semacam Coldplay, Eagles, hingga Radiohead.

Seorang kawan menyebut lagu Frank Ocean sebagai lagu galau bermartabat. Saya pun setuju. Dengan menyimak 'Novacane' dan 'Swim Good', dua lagu paling handal di mixtape ini, seakan-akan menyelami dunia pikiran Frank dan kasus patah hati yang tidak kalah dengan patah hati yang dimiliki Adele.

Bagi saya pribadi, Frank Ocean adalah semacam conter bagi Adele. Siapa bilang laki-laki tidak boleh patah hati akut?

Swim Into the Depths of Frank Ocean's Mind

Frank-ocean-04282011
Frank Ocean adalah sebuah anomali. Di saat rekan-rekannya di dalam grup hip-hop kolektif Odd Future Wolf Gang Kill Them All sibuk bereksperimen dengan beat-beat alternative hip-hop dan menyalurkan emosi dan ide gila Tyler, The Creator, Frank justru mengambil arah yang berbeda.

Frank mengambil aliran contemporary R&B dan soul sebagai haluannya dalam bermusik. Tidak heran kalau dia sering tidak dianggap sebagai anggota OFWGKTA.

 

Nostalgiaultra
Album pertama Frank berupa sebuah mixtape: 'Nostalgia, Ultra'. Mixtape ini diisi oleh beberapa lagu menggunakan sampling beberapa band ternama semacam Coldplay, Eagles, hingga Radiohead.

Seorang kawan menyebut lagu Frank Ocean sebagai lagu galau bermartabat. Saya pun setuju. Dengan menyimak 'Novacane' dan 'Swim Good', dua lagu paling handal di mixtape ini, seakan-akan menyelami dunia pikiran Frank dan kasus patah hati yang tidak kalah dengan patah hati yang dimiliki Adele.

Bagi saya pribadi, Frank Ocean adalah semacam conter bagi Adele. Siapa bilang laki-laki tidak boleh patah hati akut?

Rabu, 11 Januari 2012

SHERLOCK -- It's Just Too Elementary

Sherlock
Sudah banyak serial televisi yang mengangkat tema detektif dan kriminal yang bersliweran di layar kaca. Dari CSI, NCIS, Dexter, dan banyak lagi.

Sayangnya serial-serial tersebut sukses membuat saya mati bosan, kecuali Dexter yang terlalu gory sehingga saya hilang selera.

Di tengah-tengah kejenuhan tersebut, seseorang memperkenalkan saya kepada serial Sherlock yang pada awal 2012 ini memasuki season kedua. The first thing in my mind is the movie Sherlock Holmes, directed by Guy Ritchie. Turns out, it's not the movie, but a TV show.

Karya agung Sir Arthur Conan Doyle ini memang sudah banyak diadaptasi ke dalam berbagai macam film dan beberapa TV series. Tentu saja membuat saya berpikir, apa beda Sherlock ini dengan Sherlock Holmes yang lain yang membuat orang tergila-gila?

TV series SHERLOCK kali ini menggunakan pendekatan modern dan dengan setting di masa kini, tapi beroperasi di tempat ciri khas Sherlock yaitu Baker Street.

Yang saya suka dari serial Sherlock ini adalah penulisan script yang 'witty' khas serial TV UK, I was hooked in the first 10 minutes of the first episode. Penonton secara tidak langsung diajak berpikir bersama Sherlock dalam memecahkan kasus demi kasus. Penulis pun dengan pintar memasukkan twist-twist yang kadang tidak terduga di saat yang tepat.

Sherlock, sama seperti dengan di film Guy Ritchie, masih digambarkan seperti sosok yang cenderung anti-sosial, snob, annoying, dan mudah bosan. Dan Watson pun masih digambarkan sebagai satu-satunya orang yang bisa mengembalikan Sherlock ke jalur yang benar.

Sulit untuk membandingkan serial Sherlock ini dengan film Sherlok Holmes karya Guy RItchie karena keduanya menggunakan pendekatan berbeda. But I have to say that Benedict Cumberbatch is a better Sherlock than Robert Downey Jr.

Well, care too watch?