Rabu, 11 Januari 2012

SHERLOCK -- It's Just Too Elementary

Sherlock
Sudah banyak serial televisi yang mengangkat tema detektif dan kriminal yang bersliweran di layar kaca. Dari CSI, NCIS, Dexter, dan banyak lagi.

Sayangnya serial-serial tersebut sukses membuat saya mati bosan, kecuali Dexter yang terlalu gory sehingga saya hilang selera.

Di tengah-tengah kejenuhan tersebut, seseorang memperkenalkan saya kepada serial Sherlock yang pada awal 2012 ini memasuki season kedua. The first thing in my mind is the movie Sherlock Holmes, directed by Guy Ritchie. Turns out, it's not the movie, but a TV show.

Karya agung Sir Arthur Conan Doyle ini memang sudah banyak diadaptasi ke dalam berbagai macam film dan beberapa TV series. Tentu saja membuat saya berpikir, apa beda Sherlock ini dengan Sherlock Holmes yang lain yang membuat orang tergila-gila?

TV series SHERLOCK kali ini menggunakan pendekatan modern dan dengan setting di masa kini, tapi beroperasi di tempat ciri khas Sherlock yaitu Baker Street.

Yang saya suka dari serial Sherlock ini adalah penulisan script yang 'witty' khas serial TV UK, I was hooked in the first 10 minutes of the first episode. Penonton secara tidak langsung diajak berpikir bersama Sherlock dalam memecahkan kasus demi kasus. Penulis pun dengan pintar memasukkan twist-twist yang kadang tidak terduga di saat yang tepat.

Sherlock, sama seperti dengan di film Guy Ritchie, masih digambarkan seperti sosok yang cenderung anti-sosial, snob, annoying, dan mudah bosan. Dan Watson pun masih digambarkan sebagai satu-satunya orang yang bisa mengembalikan Sherlock ke jalur yang benar.

Sulit untuk membandingkan serial Sherlock ini dengan film Sherlok Holmes karya Guy RItchie karena keduanya menggunakan pendekatan berbeda. But I have to say that Benedict Cumberbatch is a better Sherlock than Robert Downey Jr.

Well, care too watch?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar