Senin, 18 Juni 2012

Prometheus dan Berbagai Pertanyaan Di Baliknya

220px-prometheusposterfixed

Beberapa waktu lalu saya baru saja selesai menonton film Prometheus, yang heboh di dunia maya dengan viral campaignnya dan hebohnya testimoni audiens yang baru saja menontonnya.

Sebagai orang yang cukup selektif dalam memilih film yang akan ditonton, saya membaca beberapa review yang beredar di internet, baik dari kritikus maupun orang biasa. Reaksi mereka bermacam-macam, dari yang memuji film ini sampai yang bereaksi dengan kalimat "What the fuck?"

Walaupun awalnya agak ragu untuk menonton film ini, tapi karena penasaran dengan apa yang membuat film ini jadi sangat "What the fuck?" dan membuat orang-orang heboh, berangkatlah saya menonton film ini bersama Ines dan mas Bambang .

Oke, setelah menonton film ini selama kurang lebih dua jam, saya merasa telah di-'mindfuck' dan mengeluarkan kalimat "What the fuck?" berkali-kali.

120607_movies_prometheus
Saya tidak ingin membuat ini menjadi review film karena untuk film ini saya sama sekali tidak ada niatan untuk mereview. Terutama setelah cerita yang sangat mindfuck itu semakin tidak ada pikiran untuk membuat reviewnya sama sekali karena otak benar-benar berpikir banyak selama menonton film ini.

Jadi inti cerita dari film ini (tenang, bukan spoiler bagi yang belum menontonnya) adalah pertanyaan besar tentang penciptaan kita sebagai manusia dan seberapa jauh kita akan melangkah untuk memenuhi rasa keingintahuan kita sebagai manusia.

Saya pribadi, sebagai orang yang skeptis kepada agama dan antara percaya dan tidak dengan eksistensi Tuhan, semakin mempertanyakan apa yang saya percayai dan membandingkan dengan apa yang dipercaya orang lain. Was it God the one who created us? Or did other beings created us, humans? Ini baru satu dari sejumlah pertanyaan lainnya.

Prometheus
Beberapa jam setelah menonton ini, kepala saya masih memikirkan esensi film ini. Jujur saja, dari segi plot film ini sangatlah pointless. Tapi saya rasa, bukan itu yang hendak disampaikan Ridley Scott sampaikan lewat film ini. Mungkin belia hendak menguji seberapa jauh iman kita lewat film ini (or so what I think). Bahkan mungkin ingin menguji intelegensia para audiens, yang bahkan sampai memunculkan Prometheus Discussion Group di timeline twitter saya.

Dengan banyaknya beban yang mengganjal setelah menonton film ini, saya merasa perlu menonton film ini untuk kedua kalinya for the sake of getting more mindfuck and finding the answers.

Jadi, apakah anda yang sudah menonton merasa tertantang, baik intelegensia maupun keimanannya? Bagi yang belum, apakah anda siap menontonnya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar