Midnight in Paris [movie review]

Saya bukanlah fans berat Woody Allen. Saya jarang menonton film karyanya, bahkan tidak hafal film apa saja karyanya. Saya sendiri tertarik menonton film ini ketika melihat cast nya yang berisikan Owen WIlson (salah satu aktor komedi favorit saya), Rachel McAdams, Adrien Brody, Micahel Sheen, dan juga ibu negara Parancis yaitu Carla Bruni. Barulah kemudian saya tahu bahwa Woody Allen yang menjadi sutradara film ini. Membuat saya berekspektasi tinggi ketika film ini sampai di Australia Oktober ini.

Film ini berfokus kepada Gil Pender (Owen Wilson), seorang script writer dari Hollywood yang mencoba beralih menjadi penulis novel. Gil sedang berada di Paris, berlibur dengan tunangannya Inez (Rachel McAdams) dan orangtuanya. Gil tergila-gila dengan Paris dan berusaha mncari inspirasi dari kota ini, walaupun Inez dan orangtuanya cenderung membenci Paris.

Setelah sebuah acara wine tasting, Gil memutuskan untuk berjalan sendirian di kota Paris. Saat tengah malam, Gil diajak masuk ke dalam sebuah mobil tua yang kemudian membawa Gil bertualang ke tempat di mana idola-idolanya hidup dan menjadi inspirasi untuk menyelesaikan novelnya.

 

Karakter Gil benar-benar khas Woody Allen, membuat saya teringat film Manhattan dimana Woody Allen menjadi karakter utamanya.

Film ini juga mampu menangkap keindahan kota Paris secara keseluruhan.

Yang saya suka adalah bagaimana film ini menggabungkan tema romantis dengan fantasi dengan baik. Sebagai penggemar seni, terutama literatur, saya pun sangat senang ketika penulis seperti Ernest Hemingway dan F. Scott Fitzgerald dibawa hidup kembali di film ini (walaupun entah karakter mereka sesuai dengan aslinya atau tidak).

Film ini bagi saya sangat recommended untuk ditonton. Film ini sungguh manis dari segi cerita dan memanjakan mata dari segi sinematografi yang menangkap keindahan kota Paris. Semoga di Indonesia film ini bisa masuk di bioskop terdekat secepatnya :))