Minggu, 06 Januari 2013

Punk Rock Jesus: When Religion Meets Punk

Prj_1
Agama adalah satu isu yang sensitif dalam hubungan antar manusia. Tidak terbayangkan ada berapa konflik yang sudah pernah tercipta dan bahkan masih berlangsung di dunia ini.

Ada beberapa agama yang sangat sensitif ketika tokoh penting dalam agamanya diangkat ke dalam karya seni modern (e.g. Umat Islam yang marah ketika Nabi Muhammad SAW dijadikan karikatur di Denmark). Memang sulit untuk mengekspresikan diri ketika membawa nama agama atau figur penting dalam suatu agama. Tapi tidak untuk Sean Murphy, kreator Punk Rock Jesus.

Punk Rock Jesus karya Sean Murphy ini adalah sebuah limited series yang diterbitkan Vertigo Comics (imprint dari DC Comics) yang mengambil berbagai macam tema dan isu yang sensitif mulai dari agama, sejarah, dan menggabungkannya dengan elemen musik yang tentu saja adalah punk.

Punk Rock Jesus mengambil cerita dari dua sudut pandang yang berbeda. Yang pertama adalah dari Thomas Mckael, mantan anggota IRA (Irish Republican Army) yang kini menjadi kepala keamanan dari sebuah proyek bernama J2. Yang kedua adalah J2 ini sendiri, sebuah proyek mahabesar yang hendak menghidupkan kembali Jesus dengan mengkloning DNAnya dan menyuntikkannya ke rahim seorang perawan, Gwen Fairling, untuk memberi citra bahwa acara ini adalah sebuah 'Second Coming' dari Jesus Christ.

Cerita yang dibangun dari Thomas Mckael dengan flashback ke masa kecilnya dan masa-masa ketika ia dilatih dan menjadi anggota IRA dan masa sekarang ketika J2 sebagai sebuah proyek yang kontroversial menghadirkan kompleksitas tersendiri. Sean Murphy memberikan porsi seimbang kepada semua karakter yang ada dalam cerita ini sehingga mereka semua berkembang dan saling berhadapan dengan konflik masing-masing. Berbagai referensi sejarah dalam konflik IRA dan konflik antara Katolik dan Protestan digunakan dengan baik utnuk membangun cerita. 

Storytelling dari Murphy juga mudah dicerna. Murphy menceritakan semuanya dengan lugas, tidak menggunakan narasi yang terkesan bertele-tele. Semuanya dibangun cukup dengan dialog antar karakter. Gaya seperti ini terkesan seperti storytelling manga; simple namun tetap menghadirkan kompleksitas tersendiri di balik ceritanya.

Sean Murphy juga menangani art dari buku ini dengan sempurna. Artnya terkesan dark, grim, dan gritty, sesuai dengan cerita dari buku ini. Murphy juga membiarkan buku ini berwarna hitam-putih, mengakomodasi tone dari cerita buku ini juga.

Secara keseluruhan, buku ini adalah salah satu komik terbaik yang pernah saya baca. Cerdas, mind-provoking, dan juga sedikit menyedihkan. Cerita yang kompleks dihadirkan dengan gaya penceritaan yang sederhana dan mudah dipahami, art yang over the top; sungguh sebuah komik yang terkeren yang pernah ada.

Definitely recommended. So grab it and have fun reading it.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar